Rabu, 13 Oktober 2010
Melintasi Tanah Simalungun, Tanah Karo, hingga tiba di Dairi
Gambar-gambar di atas adalah medan perjalanan yang kami lalui dari Siantar menuju Sidikalang. Jalanan yang berbatu, meliuk-liuk, 'membelah' hutan, kebun, ladang...
Ada begitu banyak detil yang menarik perhatian dari perkampungan-perkampungan kecil sepanjang perjalanan. Papan 'Bongkar Kasus' yang memancing untuk singgah dan mencari tahu (sayangnya tidak memungkinkan untuk sering-sering singgah karena mengejar waktu), pasar tradisional, papan reklame sebagai simbol modernitas yang (menurutku) merusak pemandangan alami perkampungan, atap dengan ujung runcing yang sering ditemui pada bangunan-bangunan sebagai ciri khas daerah, kantor Bupati yang megahnya menyaingi Istana Negara, angkutan umum dengan anak2 sekolah diatasnya (hayyooo saingan dengan kereta api), pesta adat, becak mesin hingga tempat wisata.
Pemandangan indah nyaris tak bertepi mewarnai perjalanan kami. Luasnya hamparan Tanah Simalungun, Karo hingga tiba di dataran Dairi mengundak decak kagum yang tak ada habisnya.
Selain bukit, ladang dan kebun, kuburan serta gereja juga banyak dijumpai sepanjang jalan.
Rumah dan bangunan berbahan papan yang terkesan hangat juga banyak dijumpai di sepanjang jalan.
Sempat kami singgah sebentar untuk makan siang. Ikan asin yang tebal dan renyah mampu membuatku mengabaikan dinginnya udara dan angin yang menusuk.
Pak Solin, yang membawaku dari Siantar ke Sidikalang, adalah sosok yang menyenangkan juga 'pemandu jalan' yang sarat informasi. Aku? Dalam keadaan belum mandi dan diterpa debu serta angin tetap menikmati pemandangan sambil sesekali bertanya pada Pak Solin. Sungguh perjalanan yang panjang dan membahagiakan, sama sekali tak memberi rasa letih. :)
Langganan:
Komentar (Atom)





















































